Tuesday, August 26, 2014

my earth

Gravitasi. 
Aku pernah
berlari, jatuh, melayang. 
mengejar, berhenti, dan mundur
Hatiku
pernah jatuh dan pecah
pernah jatuh dan tetap utuh
Jiwaku
Pernah terbang dan melayang 
Pernah mengawang dan terombang-ambing kedamaian
Degupku
Sering mendengar detakmu.
Mereka berbicara dengan bahasa yang tak dipahami kepalaku
Rinduku
Pernah mengusap air matamu
Memeluk kosong yang bertengger di detikmu
Hingga gema perpisahan meledak di telingaku
Dan ketidakkuasaan menyelimut kaki dan tanganku

Gravitasi 
Membuatku jatuh. Membuatku jauh.


Darimu.

Sunday, May 18, 2014

Sama-sama Di bawah Langit



Bila aku harus menjauhimu, aku akan memulainya dengan berjalan mundur. Aku akan menghayati lambai tanganmu di selangkah demi selangkah. Kemudian saat mataku mulai berkaca-kaca, aku akan berkedip untuk membiarkan pipiku basah. Aku akan menangisi jarak sambil menaruh harap untuk melayang-layang di atas tanah. Karena sejauh apapun kita terpisah, kita hanya sama-sama di bawah langit, masih di dalam bumi yang tidak lelah berputar terus.

Kapan Kau Datang Lagi?



Kapan kau datang lagi, membangunkanku tidur, mengingatkanku bahwa waktu itu berharga saat denganmu? Kapan kau datang lagi, menjemputku pergi, membawaku ke tempat yang kau pikir kita bisa tenang di sana? Kapan kau datang lagi, menemuiku yang tidak tahu bagaimana lagi jika tanpa kau? Kapan kau datang lagi? Kapan?

sembunyi di antara tertawa q

Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka. Aku tertawa. Itu caraku untuk sembunyi. Aku jadi seringkali berhasil membuat orang tertawa di atas kesedihanku, sebab kesenanganku dulu sudah banyak membuatnya sedih. Bila aku semakin lucu, itu karena ia semakin jauh. Mungkin ini karena banyak yang membenci aku saat dulu ia di dekat aku. Setiap hari aku harus merasakan bayang-bayang yang pahit, setiap hari aku harus mengenyangkan kepalaku dengan itu. Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh, aku akan menunggu semua orang dapat memeluk aku yang tidak henti-hentinya bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa sendiri, mereka amat terpukul. Sementara saat-saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan. Bila ini melemahkanku, mengapa tidak melelahkanku?

Friday, January 31, 2014

seperti matahari dan bumi

Matahari tidak pernah meninggalkan bumi sekalipun bumi tidak mampu melihatnya. Entah oleh mendung gelap atau hujan lebat. Sekalipun bumi tidak bisa merasakan kehadirannya dimalam hari. Matahari titipkan cintanya kepada Bulan. Memberi ruang kepada bumi agar bumi paham, bahwa ada atau tiadanya matahari, langit tetaplah menawan.
Matahari tidak pernah meninggalkan bumi, pada jarak yang sama bertahun-tahun. Matahari dan Bumi adalah dua hal yang memang berlainan. Terlalu dekat membuat keduanya akan saling meniadakan. Mungkin cukup seperti ini hubungan antara Matahari dan Bumi. TIdak untuk saling berdekatan namun dengan jarak yang cukup aman untuk saling mencintai.
Toh mencintai itu tidak selalu berarti harus berdekatan dan memiliki bukan? Tidak selalu berarti bahwa cinta itu harus bertemu dan bersatu. Cinta tanpa pertemuan? Bisa saja terjadi, seperti ketika saya mencintai orang dimasa depan yang bahkan belum pernah saya temui. Cinta yang diwujudkan dalam doa-doa dan perbaikan diri.
Matahari kepada Bumi pun demikian. Pada jaraknya yang aman, keduanya justru bersinergi. Cinta yang baik adalah cinta yang bisa membuat energi keduanya menjadi berlipat. Cinta yang meniadakan salah satu atau bahkan keduanya, itu bukan cinta. Sekalipun ia bilang katanya berkorban.
Cinta adalah ketika kamu merasa energi dan potensimu naik berlipat ganda ketika bersamanya. Dan cintamu membuat hal yang sama kepadanya, bukan justru meniadakannya. Atau jika kalian ternyata saling meniadakan meskipun kalian saling mencintai, lebih baik tidak perlu bersatu. Karena percayalah, bahwa segala sesuatu itu tidak selalu harus seperti yang kita inginkan dan pikirkan. Sekalipun kita memiliki rencana terbaik, percayalah bahwa rencana Allah jauh lebih baik.
Seperti matahari kepada bumi.

untuk sementara


KIta masing-masing sendiri untuk sementara waktu. Kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita pertahankan saat ini. Untuk sementara waktu saja. KIta biarkan hidup kita berjalan sendiri-sendiri. Meski kita merasakan hal yang sama saat ini. Biarkan saja itu mengalir seperti hujan yang jatuh.

Tidak perlu memaksakan waktu untuk bersama. Padahal waktu kita belum sampai. Tuhan menyampaikan pesan-Nya agar kita menjaga diri untuk sementara waktu. Kan semua hanya sementara?

Jika kamu kehilangan sabar. Aku mungkin akan kehilanganmu. Untuk sementara waktu jagalah hati kita masing-masing tetap berada pada tempatnya. Tetap berada pada perlindungannya. Sampai waktu dimana dia harus diberikan dan diterima oleh orang lain. Sampai waktu dimana kita akan menerima hal yang sama pula dari orang lain.

Untuk sementara waktu. Bersabarlah. Karena kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita perjuangkan saat ini. Bukankah untuk sementara waktu saja. Tidak lama, tidak akan menghabiskan seluruh hidup kita bukan?

nanti

Sebab yang mencintaimu tidak hanya aku, aku lebih baik memilih diam. Agar kau tidak perlu kerepotan menghindariku setiap kali bertemu. Agar aku bisa menjadi temanmu. Agar kau tidak khawatir bersamaku.
Sebab yang mencintaimu tidak hanya aku, aku memilih diam. Bukan berarti aku takut. Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang banyak bicara. Lebih baik aku bersabar terhadapmu.
Aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman berada di dekatku. Biarlah semua menjadi rahasia yang tidak seorang pun tahu. Tidak akan ada teman yang menggoda saat kita berada di tempat yang sama.
Kau bisa bebas bercerita dan bermain bersama. Tanpa perlu merasa apa-apa. Tanpa perlu susah payah menghindariku hanya karena perasaanku. Tidak perlu sungkan membalas pesanku hanya karena khawatir menimbulkan sesuatu.
Biarlah semua aku simpan rapi. Agar aku bisa menjadi temanmu saat ini. Dan kau bisa menghadapi hidupmu tanpa perlu memikirkan bagaimana perasaanku. Kita tetap bisa saling bercerita sepanjang kita mau tanpa kau merasa ragu. Kita tetap bisa bermain bersama dengan teman yang lain dalam satu meja, tertawa bersama, tanpa rasa canggung.
Biarlah semua seperti ini. Keadaan ini aku pertahankan bukan karena aku takut memulai. Aku justru takut merusak suasana di waktu yang tidak tepat. Tidak semua perasaan harus dikatakan saat itu juga bukan?
Aku akan menunggu.